AS, Israel, dan UEA Bahas Penggunaan Gas Gaza untuk Danai Rekonstruksi

4 hours ago 4

loading...

Warga Palestina berkumpul di tengah reruntuhan bangunan yang rusak parah di Al-Zahra, barat laut Kamp Pengungsi Nuseirat di Jalur Gaza tengah, saat penduduk melanjutkan kehidupan sehari-hari mereka dalam kondisi sulit setelah kehancuran akibat serangan Is

WASHINGTON - Amerika Serikat (AS), Israel, dan Uni Emirat Arab (UEA) membahas penggunaan keuntungan dari pasokan gas lepas pantai Gaza untuk membantu membiayai rekonstruksi wilayah yang hancur tersebut. Kabar itu diungkap seorang mantan pejabat Barat dan seorang pejabat Barat dan Arab saat ini kepada Middle East Eye.

Diskusi tersebut telah mengambil berbagai bentuk, tetapi salah satunya termasuk Perusahaan Minyak Nasional Abu Dhabi (Adnoc) yang mengambil saham di ladang gas Gaza yang belum dikembangkan dan dana tersebut berkontribusi pada rekonstruksi Gaza, kata sumber tersebut kepada MEE.

“Pembicaraan tersebut masih bersifat pendahuluan, dan seperti sebagian besar perencanaan pasca-perang untuk Gaza yang dipelopori AS, bahkan sebelum gencatan senjata ditandatangani pada bulan Oktober, belum ada komitmen yang pasti,” kata sumber tersebut.

Namun, mantan pejabat Barat tersebut mengatakan kepada MEE bahwa gagasan untuk memonetisasi gas Gaza untuk rekonstruksi muncul kembali pada bulan Desember.

Gas ditemukan di ladang gas laut Gaza pada tahun 2000.

Hak untuk mengembangkan gas tersebut dibagi antara dua entitas: Forum Investasi Palestina, yang merupakan dana kekayaan negara Otoritas Palestina, dan Consolidated Contractors Company, konglomerat konstruksi dan energi yang dimiliki keluarga diaspora Palestina yang berkantor pusat di Yunani.

Sekitar 45% hak tersebut juga dicadangkan untuk mitra internasional. Mesir telah mempertimbangkan mengambil saham sebelum serangan yang dipimpin Hamas pada 7 Oktober 2023 di Israel selatan dan perang berikutnya di wilayah tersebut, yang telah diakui sebagai genosida oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Gas Gaza

“Proyek ini sangat layak secara komersial,” ungkap Michael Barron, seorang ahli gas Mediterania Timur dan penulis The Gaza Marine Story, buku tentang kekayaan Gaza, kepada MEE.

Ketika Barron mengerjakan proyek tersebut 15 tahun lalu, ia mengatakan biaya pengembangan ladang gas tersebut diperkirakan mencapai USD750 juta dan akan menghasilkan pendapatan sekitar USD4 miliar, dengan keuntungan tahunan sebesar USD100 juta per tahun selama 15 tahun yang akan diberikan kepada Otoritas Palestina.

“Ini adalah sumber daya alam Palestina yang paling berharga saat ini. Pengembangannya akan memberikan kontribusi untuk rekonstruksi,” katanya.

PBB memperkirakan biaya penuh rekonstruksi Gaza jauh lebih tinggi, mencapai USD70 miliar.

Read Entire Article
Patroli | Crypto | | |