loading...
Kisah Sayyidah Hafshah ini penuh pembelajaran dan hikmah. Sebagai istri Rasulullah Shallalahu Alaihi Wassalam, Sayyidah pernah berbuat kesalahan yang membuat Baginda Rasulullah SAW menjatuhkan talak satu padanya. Foto ilustrasi/ist
Kisah Sayyidah Hafshah ini penuh pembelajaran dan hikmah. Sebagai istri Rasulullah Shallalahu Alaihi Wassalam, Sayyidah pernah berbuat kesalahan yang membuat Baginda Rasulullah SAW menjatuhkan talak satu padanya. Bagaimana kisahnya?
Sayyidah Hafshah adalah putri dari sahabat Umar Bin Khathab Radhiallahu anhu (ra). Beliau memiliki kepribadian yang kuat seperti sang ayah. Selain itu, beliau juga seorang wanita yang pandai dalam hal membaca dan menulis, meskipun pada waktu itu kemampuan tersebut belum lazim dimiliki oleh kaum wanita.
Suami pertamanya, Khunais bin Khudzafah As-Sahmi sahid pada Perang Badar , pada sekitar 2-3 Hijriyah. Sayyidah Hafshah disebut sebagai Shawwamah (wanita rajin puasa) dan qawwamah (wanita rajin salat malam). Khunais ibn Hudzafah ibn Qais ibn ‘Adi as-Sahmi al-Qurasyi adalah sahabat Nabi yang mengalami dua kali hijrah, ke Habasyah dan Madinah, dan sahid dalam Perang Badar. Ia meninggalkan Sayyidah Hafshah menjadi janda muda yang bertakwa. Saat menjanda, Sayyidah Hafshah masih sangat belia, belum genap berusia delapan belas tahun.
Setelah Khunais meninggal dunia, Sayyidah Hafshah dipulangkan ke rumah bapaknya, Umar bin Khattab. Hal ini membuat Umar bin Khattab iba, susah, dan semakin menderita. Secara ekonomi, pada saat itu Umar bin Khattab dalam keadaan susah. Kehadiran Hafshah di rumahnya sudah barang tentu menambah beban beratnya. Sementara secara sosial, Umar bin Khattab sedih melihat putrinya hidup menjanda.
Setelah berpikir panjang, Umar memutuskan untuk mencarikan seorang suami yang akan menjadi penggugah keceriaan bagi putrinya sehingga putrinya itu bisa menemukan kembali kedamaian kembali seperti dulu. Beberapa saat kemudian, Umar ibn Khathab memutuskan untuk memilih Abu Bakar ash-Shiddiq , orang yang paling dicintai Rasulullah . Dengan sifat toleran, sederhana, dan teguh yang dimiliki, Abu Bakar cukup pantas untuk menjadi pelindung bagi Hafshah.
Umar ibn Khathab tidak merasa ragu dengan pilihan yang diilhamkan oleh Allah. Saat itu juga, ia pun pergi menemui Abu Bakar ash-Shiddiq untuk bercerita tentang Hashah dan cobaan yang dialaminya menjadi seorang janda muda. Abu Bakar ash-Shiddiq mendengar cerita Umar dengan penuh perasaan dan simpati. Oleh karena itu, Umar segera menawarkan putrinya untuk dinikahi Abu Bakar. Ia yakin bahwa Abu Bakar tidak akan ragu untuk menerima perempuan muda yang bertakwa.
Baca juga: Bolehkah Rujuk Setelah Menjatuhkan Talak? Pasangan Muslim Wajib Tahu!
Namun ternyata Abu Bakar hanya terdiam dan tidak menjawab sepatah kata pun. Alhasil, Umar ibn Khathab pergi meninggalkan Abu Bakar dengan lunglai menghadapi kondisi yang terjadi. Ia hampir tidak percaya bahwa Abu Bakar menolak untuk menikahi Hafshah yang ditawarkan oleh ayahnya sendiri.
Umar ibn Khathab kemudian pergi menuju kediaman Utsman ibn Affan yang istrinya, Ruqayyah binti Muhammad, juga telah meninggal dunia karena menderita penyakit campak setelah kaum Mukminin mendapat kemenangan gemilang dalam Perang Badar. Umar ibn Khathab bercerita mengenai keadaanya kepada Utsman ibn Affan sebelum menawarkan putrinya, Hafshah, dengan perasaan yang masih teriris oleh penolakan Abu Bakar untuk menikahi putrinya itu.
Utsman meminta untuk diberi waktu dalam beberapa hari. Lalu beberapa hari kemudian, Utsman mendatangi Umar dan berkata, “Saat ini aku belum ingin menikah.”
Duka dan kesedihan Umar semakin mendalam karena penolakan Utsman. Umar tertekan karena ditolak kedua sahabatnya itu. Padahal keduanya adalah sahabat karib yang sama-sama mengetahui kedudukan Umar. Oleh karena itu, Umar merasa sedih dan terpukul kemudian pergi menghadap kepada Rasulullah untuk mengadukan nasibnya dan bagaimana sikap Abu Bakar dan Utsman ibn Affan terhadap tawarannya untuk menikahi putrinya.
Rasulullah tersenyum kemudian bersabda, “Hafshah akan menikah dengan orang yang lebih baik daripada Abu Bakar dan Utsman sementara Utsman akan menikah dengan wanita yang lebih baik daripada Hafshah.”
Dengan hati yang dicekam oleh perasaan kaget, Umar ibn Khathab mengulang-ulang sabda Nabi Muhammad SAW, “Hafshah akan menikah dengan orang yang lebih baik daripada Utsman.”
Akankah Nabi menikahi putriku, Hafshah? tanya Umar di dalam hatinya. Sejatinya penolakan tak selalu berakhir kepedihan. Allah selalu menyediakan jawaban yang lebih baik. Wajah Umar menjadi ceria karena kehormatan besar itu. Kesedihan yang dirasakan pun mendadak hilang.
Ia bergegas pulang untuk menyampaikan kabar gembira itu kepada siapa saja yang ia inginkan. Abu Bakar adalah orang pertama yang ia temui. Begitu melihat wajah Umar, Abu Bakar segera mengetahui mengapa Umar begitu riang dan bahagia.
Abu Bakar mengulurkan tangan untuk mengucapkan selamat sekaligus meminta maaf. Ia berkata, “Janganlah engkau marah kepadaku wahai Umar karena Rasulullah pernah menyebut Hafshah, tetapi aku tidak mau menyebarkan rahasia Rasulullah. Andai beliau meninggalkan Hafshah, aku pasti menikahinya."
Pernikahan Hafshah dengan Rasulullah SAW
Pada bulan Sya’ban tahun ke-3 H seluruh kota Madinah memberkahi pernikahan Nabi dengan Hafshah binti Umar ibn Khaththab.
Dalam Bilik-bilik Cinta Muhammad (Nizar Abazhah dalam, 2018) dan Membaca Sirah Nabi Muhammad SAW (M Quraish Shihab, 2018) disebutkan bahwa alasan Nabi Muhammad menikahi Sayyidah Hafshah adalah untuk memperhatikan keluarga sahabatnya, baik Umar bin Khattab maupun Khunais bi Hudzafah yang gugur di medan perang.
Demikianlah, Sayyidah Hafshah bergabung dengan para istri Rasulullah dan Ummahatul Mukminin yang suci.
Beberapa istri Rasulullah yang tinggal dalam rumah beliau saat itu adalah Sayyidah Saudah dan Sayyidah Aisyah. Ketika madu-madu berdatangan ke rumah Rasulullah, Sayyidah Hafshah berkelompok dengan Aisyah karena ia memandang Aisyah sebagai madu yang paling dekat dengan dirinya dan yang paling layak untuk bergabung bersamanya sambil selalu mengikuti ucapan sang ayah, Umar ibn Khaththab kepadanya: “Apa artinya dirimu dibandingan dengan Aisyah dan apa artinya ayahmu dibandingkan dengan ayah Aisyah.”
Suatu hari Umar ibn Kaththab mendengar bahwa putrinya membantah Rasulullah hingga beliau lewati sepanjang hari dengan sangat marah. Saat itu juga ia segera pergi ke kediaman Rasulullah untuk menemui Hafshah dan menanyakan kebenaran kabar yang ia dengar itu.
Hafshah menjawab bahwa kabar itu memang benar maka Umar pun menegurnya, “Kamu tahu bahwa aku telah mengingatkanmu terhadap siksa Allah dan kemarahan Rasul-Nya. Wahai putriku, janganlah engkau tertipu oleh seseorang yang kecantikannya lebih dikagumi dan dicintai oleh Rasulullah. Demi Allah, engkau sudah tau bahwa Rasulullah tidaklah mencintaimu dan andai bukan karena aku, pastilah beliau sudah menceraikanmu.”


















































