loading...
Kepala LAN Muhammad Taufiq menghadiri Seminar dan Launching Buku Referensi Ekosistem Inovasi Pelayanan Publik yang diselenggarakan secara blended di Aula Prof Agus Dwiyanto, Kantor LAN Veteran, Jakarta, beberapa waktu lalu. Foto: Ist
JAKARTA - Ratusan inovator di berbagai daerah dihadapkan pada sejumlah hambatan yang tidak lagi bertumpu pada kurangnya ide inovasi atau gagasan melainkan pada persoalan sistemik yang menghambat lahirnya terobosan baru yang berdampak bagi masyarakat.
Hal ini disebabkan beberapa faktor di antaranya fragmentasi kebijakan yang tumpang-tindih, ketergantungan pada sumber pendanaan APBD/APBN, serta budaya risk aversion yang membuat inovasi kerap mandek dan hanya menjadi pemenuhan kewajiban administratif.
Baca juga: Optimalkan Kinerja ASN, LAN Luncurkan SKP Transformasional
Kondisi ini menegaskan bahwa pendekatan parsial tidak lagi memadai dan diperlukan adanya pergeseran menuju pembangunan ekosistem inovasi yang kolaboratif. Dengan begitu, mengalihkan inovasi yang semula hanya dilakukan secara parsial atau ekosistem menuju ekosistem secara kolaboratif lintas kementerian, lembaga, dan pemerintah daerah.
Hal ini diungkapkan Kepala Lembaga Administrasi Negara (LAN) Muhammad Taufiq saat memberikan sambutan dalam kegiatan Seminar dan Launching Buku Referensi Ekosistem Inovasi Pelayanan Publik yang diselenggarakan secara blended di Aula Prof Agus Dwiyanto, Kantor LAN Veteran, Jakarta, beberapa waktu lalu.
“Selama ini inovasi hanya berfokus pada penciptaan alat, maka ekosistem inovasi akan berfokus pada menciptakan lingkungan. Dalam konteks ini ekosistem inovasi pelayanan publik diterjemahkan sebagai satu kesatuan utuh dari enabler-enabler inovasi yang saling berinteraksi dan berkolaborasi melalui berbagai aktor yang terlibat untuk mendorong inovasi agar terus tumbuh, berkembang, dan menjaga keberlangsungan inovasi pelayanan publik secara berkesinambungan dan berkelanjutan,” ujarnya.


















































