Pakar: Rusia Serang NATO Bersamaan dengan China Invasi Taiwan Masuk Akal

6 hours ago 3

loading...

Para pakar sependapat dengan skenario Rusia akan menyerang NATO bersamaan dengan China menginvasi Taiwan. Foto/Sputnik

KYIV - Sekretaris Jenderal NATO Mark Rutte telah memaparkan skenario perang besar, di mana Rusia akan menyerang Sekutu bersamaan dengan China menginvasi Taiwan. Para pakar mengatakan skenario tersebut masuk akal.

"Jika [Presiden China] Xi Jinping akan menyerang Taiwan, pertama-tama dia akan memastikan bahwa dia menelepon mitranya yang sangat junior dalam semua ini, [Presiden Rusia] Vladimir Vladimirovich Putin...dan mengatakan kepadanya, 'Hei, saya akan melakukan ini, dan saya membutuhkan Anda untuk membuat mereka sibuk di Eropa dengan menyerang wilayah NATO'," kata Rutte dalam wawancara 5 Juli dengan New York Times.

Skenario seperti itu pada dasarnya akan menjadi perang global antara negara adikuasa nuklir, namun banyak pakar setuju bahwa skenario ini tidak terlalu jauh dari kenyataan.

Baca Juga: Sekjen NATO Sarankan China Minta Rusia Serang Eropa, Kremlin Merespons dengan Bercanda

Beijing dan Moskow telah mempererat aliansi mereka yang bertujuan untuk melengserkan Amerika Serikat (AS) sebagai negara adikuasa global, sebuah kerja sama yang paling kentara dalam bentuk dukungan China terhadap perang Rusia melawan Ukraina.

Sementara itu, NATO terus bergulat dengan perang di Ukraina dan perpecahan internal yang ditimbulkan oleh kepresidenan Donald Trump. China akan diuntungkan dengan mengobarkan kekacauan ini, memastikan perhatian aliansi itu tetap terbagi sementara Beijing mengejar ambisi teritorialnya sendiri.

"Jika China memutuskan bahwa menggabungkan Taiwan ke China dengan paksa adalah satu-satunya pilihan mereka, mereka akan melakukan semua yang mereka bisa untuk memastikan baik Eropa maupun Amerika memiliki sebanyak mungkin tantangan yang tersebar untuk dihadapi," kata pensiunan Mayor Jenderal Angkatan Darat Australia Mick Ryan kepada Kyiv Independent, Selasa (8/7/2025).

China dan Rusia Incar Perang 2 Front di Barat

Menurut laporan South China Morning Post, Menteri Luar Negeri China Wang Yi baru-baru ini memberi tahu diplomat utama Uni Eropa, Kaja Kallas, bahwa negaranya tidak mampu membiarkan Rusia kalah dalam perang melawan Ukraina, karena hal itu akan memungkinkan AS mengalihkan fokusnya ke Beijing.

"Pengakuan ini menggarisbawahi kepentingan strategis China dalam menguras sumber daya Barat di benua Eropa," kata Nataliya Butyrska, seorang pakar Asia Timur di New Europe Center di Kyiv, kepada Kyiv Independent.

Itu juga terbukti dalam dukungan China atas agresi Rusia terhadap Ukraina.

Kekuatan Asia tersebut telah menjadi sumber utama barang-barang dengan fungsi ganda yang memasok industri pertahanan Rusia dan telah membantu Moskow meredam dampak sanksi Barat.

Kyiv bahkan menuduh China secara langsung menyediakan senjata ke Rusia—tuduhan yang dibantah Beijing. Sedangkan beberapa warga negara China juga telah ditangkap saat bertempur mendukung pasukan Rusia di Ukraina.

Read Entire Article
Patroli | Crypto | | |