Perang Dagang dan Prospek Industri Perhotelan Indonesia

1 week ago 6

loading...

Ari Respati, Dirut Injourney Tourism Development Corporation. Foto/Dok.Pribadi

Ari Respati
Dirut Injourney Tourism Development Corporation

KEBIJAKAN perang dagang Presiden Donald Trump memberikan dampak signifikan terhadap industri perjalanan wisata global, termasuk sektor pariwisata Indonesia. Pengenaan tarif impor yang tinggi terhadap sejumlah produk dari berbagai negara memicu ketegangan perdagangan internasional dan berdampak pada perlambatan ekonomi global.

Akibatnya, daya beli masyarakat di beberapa negara mitra dagang utama Amerika Serikat menurun, yang turut mempengaruhi alokasi pengeluaran untuk aktivitas konsumtif, termasuk perjalanan wisata.

Negara-negara dengan ketergantungan tinggi terhadap ekspor juga mengalami tekanan ekonomi, yang berdampak pada menurunnya jumlah wisatawan mancanegara ke destinasi seperti Indonesia.

Di tengah tantangan ini, Menteri Pariwisata Widiyanti Putri Wardhana menyatakan bahwa sektor pariwisata tetap menjadi motor ekonomi karena merupakan bentuk ekspor jasa yang tidak terdampak tarif perdagangan. Namun, kendati optimisme ini penting, sektor perhotelan nasional tetap menghadapi berbagai tantangan tambahan.

Bahkan harus diakui, kendala yang dihadapi tak hanya datang dari kebijakan Presiden Trump. Sebelumnya, Industri pariwisata Indonesia menghadapi tantangan signifikan berupa kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dari 11% menjadi 12%, yang meningkatkan biaya operasional hotel dan berpotensi menurunkan daya beli masyarakat.

Selain itu, pemotongan anggaran belanja pemerintah yang berdampak pada pengurangan anggaran perjalanan dinas pemerintah sebesar 50% menyebabkan berkurangnya pemesanan kamar hotel dari sektor pemerintahan, yang sebelumnya merupakan salah satu sumber pendapatan utama bagi banyak hotel.

Penurunan daya beli masyarakat juga berkontribusi pada rendahnya tingkat okupansi hotel selama periode libur. Pada libur Lebaran 2025, misalnya, rata-rata okupansi hotel menurun hingga 15%

Untungnya, di tengah kekhawatiran, sektor pariwisata Indonesia tetap menunjukkan potensi pertumbuhan. Daya tarik destinasi lokal diduga masih bisa menggenjot kunjungan wisatawan mancanegara hingga 15% pada 2025. Bahkan, pelemahan rupiah justru membuat Indonesia lebih menarik bagi wisatawan dengan mata uang kuat.

Kalau industri pariwisata masih bisa bernafas, maka industri perhotelan Indonesia juga masih memiliki peluang untuk menyala di masa gelap. Ada sejumlah langkah strategis yang dapat dilakukan. Syaratnya, perlu langkah besar kolaborasi antara seluruh pelaku pariwisata dengan pemerintah daerah.

Read Entire Article
Patroli | Crypto | | |