loading...
Mishary bin Rashid Alafasy dikenal pernah mengkritik Hamas dan menuji Raja Salman. Foto/X/@Black_Dee99
GAZA - Mishary bin Rashid Alafasy mempelajari Al-Qur'an di College of the Holy Qur'an di Universitas Islam Madinah (Kerajaan Arab Saudi).
Ia menghafal seluruh Al-Qur'an dalam dua tahun dari tahun 1992 hingga 1994 dan kemudian belajar khusus membaca Al-Qur'an sepuluh kali. Ia telah membuat sejumlah qari besar Al-Qur'an terkesan dengan bacaannya.
Ia adalah Imam Masjidil Haram Kuwait di mana ia memimpin salat Tarawih setiap bulan Ramadan. Ia sangat sering memimpin salat Tarawih di UEA dan negara-negara tetangga lainnya di Teluk Persia.
Siapa Syekh Mishary? Imam Kuwait yang Pernah Mengkritik Hamas dan Selalu Memuji Raja Salman
1. Mengkritik Hamas dan Ikhawanul Muslimin
Setelah seorang qari Al-Quran terkemuka Arab, Syaikh Mishary al-Afasy, mencuitkan kritikan terhadap Hamas karena mendukung Presiden Suriah Bashar al-Assad, para pengikut Ikhwanul Muslimin membalas di media sosial.
Melansir Al Arabiya, salah satu anggota Ikhwanul Muslimin, Mohamed al-Awady, bahkan mencuitkan hasutan untuk menyerang secara fisik sang qari.
Afasy menanggapi dengan mencuit: “Karena Ikhwanul Muslimin gagal… Dan mereka semua mengingkari kesetiaan mereka padanya.”
“Mohamed al-Awady bersembunyi di balik retweet-nya karena ia takut akan konfrontasi, sama seperti ia takut mengakui bahwa ia adalah anggota Ikhwanul Muslimin,” tambah Afasy.
Afasy melanjutkan dengan mengatakan: “Selama peristiwa di Mesir, ia (Awady) biasa menelepon saya dan berkata: kami mohon Anda menghentikan perang ini… kemudian saya menyadari bahwa ia adalah orang yang menjalankan perang di balik layar dengan menggunakan surat-surat provokatif yang terungkap.”
Ia mengatakan dalam sebuah tweet: "Alhamdulillah yang telah mengungkap pengkhianat Ikhwanul Muslimin, karena mereka hanyalah orang-orang optimis yang bodoh dan naif yang hanya tahu tentang kebaikan dan bukan kejahatan. Namun, kami memohon kepada Tuhan untuk menghancurkan para penindas, dan menyingkirkan kami dari mereka sebagai satu bangsa dengan Kitab Tuhan."
2. Pendukung Presiden Sisi
Alafasy memicu kontroversi pada tahun 2015 atas pernyataannya selama wawancara telepon dengan saluran satelit Mesir CBC, saat ia tampak mendukung Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi dan kudeta militernya tahun 2013.
Ia mengatakan kepada pembawa acara: "Situasi seperti itu membutuhkan pemimpin yang kuat, yang didengarkan dan dipatuhi oleh rakyat, sebagaimana yang telah ditetapkan oleh para ulama. Dan jika Anda tidak mendengarkan atau mematuhi, kekerasan akan digunakan terhadap Anda."