Buka Halaqah Internasional, Menag Minta Pesantren Kembangkan Tradisi Intelektual

12 hours ago 3

loading...

Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar mendorong pondok pesantren (ponpes) mengembangkan tradisi intelektual yang kritis. Foto/istimewa

JAKARTA - Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar mendorong pondok pesantren (ponpes) mengembangkan tradisi intelektual yang kritis. Termasuk mengkaji kitab-kitab turats dengan pendekatan multidisipliner.

Hal itu disampaikan Nasaruddin Umar membuka Halaqah Internasional yang mengangkat tema “Transformasi Sosio-Ekologis dan Solusi Epistemologis Berbasis Turats” di Pesantren As’adiyah Pusat Sengkang, Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan, Kamis 2 Oktober 2025.

Nasaruddin Umar mengingatkan pentingnya cara membaca yang komprehensif sebagaimana diperintahkan Al-Qur'an. Nasaruddin Umar menjelaskan ada tiga objek utama bacaan bagi setiap Muslim, khususnya para santri yakni, membaca alam semesta (makrokosmos), membaca ayat-ayat yang merasuk dalam diri manusia (mikrokosmos), dan membaca kitab suci Alquran (wahyu).

“Yang pertama adalah membaca alam semesta, yang kedua adalah membaca ayat-ayat yang merasuk dalam diri manusia, dan yang ketiga adalah membaca kitab suci Alquran,” ujarnya, Sabtu (4/10/2025).

Baca juga: Buka MQK Internasional, Menag: Awal Kebangkitan Peradaban Islam Modern

Nasarusdin Umar menyebut, kata iqra’ tidak sekadar berarti melafalkan huruf, tetapi juga menghimpun. Seperti pohon yang menghimpun akar, batang, daun, dan buah; atau manusia yang menghimpun seluruh unsur makrokosmos dalam dirinya.

“Himpunan yang paling sempurna adalah manusia. Karena itu, Ibnu Arabi menyebut bahwa sejatinya makrokosmos itu manusia, bukan alam semesta,” jelasnya.

Nasaruddin Umar menegaskan pesantren jangan berhenti pada bacaan tekstual semata. Al-Qur'an harus dipahami tidak hanya sebagai kitabullah atau petunjuk bagi seluruh manusia tetapi juga sebagai kalamullah yakni firman Allah yang hanya bisa diakses melalui ketakwaan dan kedalaman spiritual.

Baca juga: 10 Brigjen Pol Dimutasi Kapolri pada September 2025, Ini Daftar Namanya

“Jangan kita bangga hanya karena hapal Al-Qur'an atau mampu menafsirkannya. Di atas langit masih ada langit. Masih ada lapisan terdalam, yakni haqaiq Al-Qur'an,” ucap Imam Besar Masjid Istiqlal ini.

Nasaruddin Umar kemudian mengurai empat tingkatan bacaan Al-Qur'an antara lain teks Al-Qur'an, isyarat Al-Qur'an, lathaif Al-Qur'an, dan haqaiq Al-Qur'an.

Nasaruddin Umar mengaitkan tema halaqah dengan krisis ekologi. Menurutnya, menyelamatkan lingkungan tidak cukup dengan mengubah perilaku (ethos), melainkan harus dimulai dari pembaruan cara berpikir (logos) bahkan fondasi teologisnya.

"Mustahil kita bisa mengubah ethos tanpa mengubah logos. Dan mustahil kita mengubah logos tanpa meninjau teologi,” ujarnya.

Read Entire Article
Patroli | Crypto | | |