loading...
Perkiraan pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS) pada tahun ini mengalami penurunan terbesar di antara negara-negara maju, akibat ketidakpastian yang disebabkan tarif impor Donald Trump. Foto/Dok
JAKARTA - Perkiraan pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS) pada tahun ini mengalami penurunan terbesar di antara negara-negara maju, akibat ketidakpastian yang disebabkan oleh tarif impor Donald Trump . Dana Moneter Internasional (IMF) memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi AS di tahun 2025 menjadi 1,8%, turun jauh dari prediksi sebelumnya 2,7% pada bulan Januari.
Lonjakan tarif impor yang diberlakukan AS dan ketidakpastian global diyakini bakal menyebabkan pertumbuhan global mengalami perlambatan signifikan. IMF juga merevisi perkiraan ekonomi Inggris, sehingga bakal tumbuh sebesar 1,1% tahun ini.
Tapi prediksi IMF memperlihatkan bahwa pertumbuhan ekonomi Inggris akan lebih kuat daripada Jerman, Prancis, dan Italia. Sementara itu inflasi di Inggris tertinggi di antara ekonomi negara maju, yakni diprediksi mencapai sebesar 3,1% pada tahun ini.
Lonjakan inflasi di Inggris sebagian besar karena kenaikan harga dan tarif, terutama untuk energi dan air. Prediksi itu muncul ketika pembuat kebijakan ekonomi teratas berkumpul di Washington untuk pertemuan musim semi IMF dan Bank Dunia.
Kepala ekonom IMF ,Pierre-Olivier Gourinchas mengatakan, ekonomi global "masih menanggung bekas luka yang sangat besar" dari "guncangan parah empat tahun terakhir".
"Sekarang sedang diuji keras sekali lagi," tambahnya.
Di sisi lain kekhawatiran bahwa Presiden AS, Donald Trump mungkin mencoba memecat ketua Federal Reserve, Jerome Powell memicu aksi jual di pasar saham dalam beberapa hari terakhir. Meski pada hari Selasa, kemarin Trump mengatakan, dia "tidak berniat memecat" Powell setelah melayangkan kritis keras.
Trump membuat banyak pengumuman tentang tarif tahun ini - pajak yang dibebankan atas barang-barang yang dibawa ke AS dari negara lain. Dalam perang dagang yang memanas, AS telah mengenakan tarif hingga 145% pada barang-barang asal China, sementara China membalas dengan pungutan 125% pada produk AS.
Selain itu AS juga telah memperkenalkan tarif pajak 10% atas barang impor dari sebagian besar negara mitra dagang. Di sisi lain Trump memilih menghentikan sementara penerapan tarif tinggi untuk puluhan negara selama 90 hari.