Indonesia Butuh Matra Siber TNI untuk Hadapi Ancaman Perang Modern

4 hours ago 3

loading...

Anggota Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI Bobby Adhityo Rizaldi saat mempresentasikan disertasinya yang berjudul Pembentukan Matra Keempat TNI untuk Memperkuat Strategi Pertahanan Negara dalam Menghadapi Serangan dan Perang Siber. Foto/Istimewa

BOGOR - Anggota Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI Bobby Adhityo Rizaldi menegaskan bahwa dunia saat ini memasuki fase perang modern yang tidak lagi hanya terjadi di darat, laut, dan udara, melainkan juga di ruang siber . Karena itu, Indonesia tidak bisa lagi menunda pembentukan Matra Siber TNI sebagai pilar keempat pertahanan negara.

Hal itu dikatakan Bobby saat mempresentasikan disertasinya yang berjudul “Pembentukan Matra Keempat TNI untuk Memperkuat Strategi Pertahanan Negara dalam Menghadapi Serangan dan Perang Siber” pada sidang promosi doktoral terbuka di Universitas Pertahanan RI, Sentul, Bogor, Senin (8/9/2025).

“Serangan siber sudah terbukti mampu melumpuhkan sistem komando militer, sektor energi, hingga infrastruktur vital sebuah negara. Jika kita tidak menyiapkan matra siber yang kuat, kedaulatan dan keamanan nasional akan terus berada dalam risiko,” ujar Bobby.

Baca juga: Indonesia Darurat Siber! Ketika Ransomware, Phishing, dan DDoS Jadi Menu Harian, Apa yang Harus Dilakukan?

Disertasi yang ditulisnya berangkat dari analisis berbagai insiden siber global, seperti serangan malware Stuxnet yang melumpuhkan fasilitas nuklir Iran, hingga serangan siber dalam konflik Georgia–Rusia yang mengacaukan komunikasi militer lawan. Menurut Bobby, Indonesia menghadapi ribuan serangan siber setiap hari yang menargetkan Kementerian Pertahanan, TNI, hingga sektor energi.

“Data dari BSSN menunjukkan hampir satu miliar anomali serangan siber tercatat pada 2022. Angka itu bukan statistik biasa, melainkan alarm keras bahwa ruang siber sudah menjadi medan perang baru,” ujarnya.

Read Entire Article
Patroli | Crypto | | |