loading...
Aang menjadi pembicara di hadapan banyak pengusaha UMKM, mengenang perjuangan memulai bisnis kripik ikan di kampung halamannya di Cianjur, Jawa Barat. Ikan petek dipilih Aang menjadi bahan baku utama. Foto/Dok
JAKARTA - Banyak pengusaha hebat lahir karena keberanian mengambil resiko, dan meninggalkan zona nyaman. Tak terkecuali, Aang Permana, pemilik Sipetek Food, yang memutuskan meninggalkan gaji besar di perusahaan minyak dan gas saat baru dua tahun bekerja. Usianya saat itu 24 tahun.
Di saat anak muda lain tengah merintis karier di kota, Aang memilih “resign” dan pulang kampung pada tahun 2014. Ada kekosongan dalam hatinya yang membuatnya memilih jalan karier yang menempa hidupnya 10 tahun kemudian.
“Saya selama SD-SMP-SMA selalu mendapat beasiswa. Ketika kuliah, saya dapat delapan beasiswa: empat beasiswa karena anak tidak mampu, dan empat beasiswa untuk prestasi. Saat saya kerja di perusahaan oil & gas itu, enak sekali. Saya cek terumbu karang, diving di Raja Ampat, Kaimana, Laut China Selatan. Tapi saya rasa cukup cuma buat diri sendiri. Kok saya enggak bantu orang ya, padahal selama ini dibantu banyak orang lewat beasiswa,” ujar Aang dalam sesi Ruang Karya, rangkaian acara Pesta Rakyat untuk Indonesia 2025 di Smesco Indonesia, Jakarta, Sabtu (23/8/2025).
Baca Juga: Jaring Ide Bisnis Mahasiswa, PT HM Sampoerna Gelar INKOMPASS Innovation Challenge
Pesta Rakyat untuk Indonesia 2025 adalah festival tahunan yang bertujuan memperkuat ekonomi kerakyatan melalui peningkatan kualitas SDM dan pemberdayaan UMKM oleh PT HM Sampoerna Tbk. (Sampoerna). Pesta Rakyat untuk Indonesia digelar dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun ke-80 Republik Indonesia dan merayakan 112 tahun kiprah Sampoerna di Indonesia. Acara ini menjadi ruang kolaborasi bagi pengusaha UMKM dan masyarakat untuk saling terhubung, belajar, dan berkembang.
Aang yang kini menjadi pembicara di hadapan banyak pengusaha UMKM ini mengenang perjuangan memulai bisnis kripik ikan di kampung halamannya di Cianjur, Jawa Barat. Ikan petek dipilih Aang menjadi bahan baku utama.
Ide ini bermula dari ketidaksengajaan melihat banyak ikan mati di pinggir danau. Rupanya itu adalah ikan petek yang biasa dibuang para nelayan pembudidaya ikan nila dan mas karena dianggap merebut pakan ikan budidaya mereka.