loading...
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup menguat pada perdagangan Selasa (29/4/2025). FOTO/dok.SindoNews
JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup menguat pada perdagangan Selasa (29/4/2025), didorong oleh sentimen positif dari pernyataan Presiden AS Donald Trump terkait kebijakan tarif otomotif. Rupiah tercatat menguat 94 poin atau sebesar 0,56 persen ke level Rp16.761 per dolar AS.
Pengamat pasar uang, Ibrahim Assuaibi mengatakan, pernyataan Trump yang melunakkan dampak tarif otomotif memberikan angin segar bagi pasar keuangan, termasuk nilai tukar rupiah.
"Pemerintahan Presiden Donald Trump pada hari Selasa mengatakan Washington akan melunakkan dampak tarif otomotifnya dengan mengurangi beberapa bea yang dikenakan pada suku cadang asing di mobil yang diproduksi di dalam negeri," ujar Ibrahim dalam analisisnya, Selasa (29/4).
Dia menambahkan, laporan Wall Street Journal menyebutkan bahwa kebijakan tersebut berarti produsen mobil yang membayar tarif otomotif Trump akan dibebaskan dari bea tambahan, termasuk pada komponen seperti baja dan aluminium.
Dari sisi geopolitik, Menteri Keuangan AS Scott Bessent menyatakan bahwa semua lini pemerintahan AS tengah berhubungan dengan China, meskipun Beijing sebelumnya membantah adanya pembicaraan. Sementara itu, otoritas China menyerukan kesiapan menghadapi skenario terburuk tanpa mengumumkan langkah konkret tambahan.
Sentimen dari China diperkirakan akan mendapat konfirmasi lebih lanjut dari rilis data aktivitas manufaktur resmi dan Caixin pada Rabu (30/4), yang akan memberikan gambaran awal dampak kebijakan tarif terhadap sektor industri negara tersebut.
Dari dalam negeri, penguatan rupiah terjadi di tengah kekhawatiran perlambatan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I-2025. Realisasi belanja negara hingga Maret 2025 hanya tumbuh 1,37 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) menjadi Rp620,3 triliun.
Hal ini terutama disebabkan oleh penurunan belanja pemerintah pusat sebesar 3,37 persen yoy menjadi Rp413,2 triliun, termasuk belanja kementerian/lembaga (K/L) yang menyusut 11,75 persen yoy menjadi Rp217,1 triliun.
"Lambatnya realisasi belanja pemerintah menjadi tantangan tersendiri bagi ekonomi domestik. Namun, untuk pasar valuta asing, sentimen eksternal saat ini menjadi faktor dominan," jelas Ibrahim.
Dengan realisasi fiskal yang belum optimal dan berbagai tekanan ekonomi, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I-2025 diperkirakan hanya berada di kisaran 4,5 persen hingga 4,75 persen lebih rendah dibandingkan kuartal IV-2024 yang mencapai 5,02 persen. Sebelumnya, proyeksi awal berada pada kisaran 4,5 persen hingga 5,0 persen.
Berdasarkan analisis tersebut, Ibrahim memprediksi bahwa mata uang rupiah akan bergerak fluktuatif pada perdagangan selanjutnya dan berpotensi ditutup menguat dalam rentang Rp16.700 - Rp16.770 per dolar AS.
(nng)