loading...
Sistem digitalisasi PLN EPI memastikan rantai pasok biomassa berjalan efisien dan akuntabel melalui Aplikasi Digital Biomassa. FOTO/Dok.
JAKARTA - PT PLN Energi Primer Indonesia ( PLN EPI )menerapkan sistem digitalisasiuntuk memastikan rantai pasok biomassa berjalan efisien dan akuntabel.Langkah ini menjadi bagian penting dari strategi jangka panjang PLN dalam mendorong pemanfaatan co-firing biomassa sebagai bahan bakar pendamping batu bara untuk pembangkit listrik tenaga uap (PLTU).
"Kita tidak sekadar meluncurkan aplikasi digital, tetapi membangun platform yang mampu memetakan, memantau, dan mengintegrasikan seluruh proses penyediaan biomassa secara efisien dan berkelanjutan," jelas Direktur Manajemen Pembangkitan PLN Adi Lumakso melalui siaran pers, Senin (14/4/2025).
Adi menjelaskan, biomassa merupakan sumber energi yang lebih dekat ke masyarakat dan berbasis pada usaha kerakyatan, berbeda dengan sumber energi primer lain seperti gas atau batu bara. Karena itu, jelas dia, pendekatan yang digunakan perlu menyesuaikan karakteristik tersebut. "Target kita adalah mampu menyuplai hingga 10 juta ton biomassa per tahun di tahun 2030. Ini harus kita wujudkan dengan membangun model bisnis dengan berkolaborasi dengan petani dan koperasi lokal,"paparnya.
Aplikasi digital ini mencakup fitur pemetaan lahan, pelaporan penanaman dan pemanenan, distribusi bahan baku hingga biomassa siap pakai. PLN, sambung dia, juga tengah menyiapkan skema integrasi dengan infrastruktur PLTU eksisting agar pasokan biomassa dapat terserap secara optimal. Dalam simulasi yang dilakukan bersama petani dari Tasikmalaya, aplikasi ini dinilai cukup mudah digunakan dan mendapat respon positif dari lapangan.
"Kami berharap aplikasi ini dapat memperluas keterlibatan masyarakat dalam ekonomi energi baru terbarukan, sekaligus mendukung program dekarbonisasi PLN secara masif dan terukur,"tandasnya.
Direktur Utama PLN EPI Iwan Agung Firstantara menambahkan, sistem ini dirancang tidak hanya untuk efisiensi suplai energi, tetapi juga untuk memperkuat peran masyarakat lokal dalam transisi energi nasional. "Kami ingin menciptakan model penyediaan energi dari rakyat untuk rakyat. Melalui biomassa, kita bisa menurunkan emisi sekaligus menghidupkan ekonomi kerakyatan. Ini bagian dari ikhtiar kita menuju Net Zero Emissions 2060 dengan semangat keadilan,"tuturnya.
Pada fase pertama, jelas Iwan, sistem difokuskan pada proses monitoring penanaman, pendataan hasil panen sampai pada pengiriman ke titik pengumpulan. Selanjutnya, seluruh hasil panen dicatat secara digital melalui akun petani di aplikasi seluler yang telah disediakan PLN EPI. Tidak hanya hasil tanam, sistem juga mencatat pengumpulan bahan baku biomassa berbasis limbah seperti ranting, batang, dan sisa pertanian lainnya dari masyarakat yang tidak memiliki kerjasama formal dengan PLN EPI.
Setelah proses panen atau pengumpulan limbah selesai, hasilnya dikirimkan ke titik pengumpulan regional yang disebut Sub-Hub , di mana data penerimaan diverifikasi secara digital. Dari Sub-Hub inilah biomassa akan diteruskan ke fasilitas produksi yang disebut Hub untuk kemudian didistribusikan ke pembangkit.
Memasuki fase kedua, lanjut dia, sistem mulai melakukan pendataan dan pengendalian pengiriman bahan baku produksi ke hub dan realisasi pengiriman biomassa ke PLTU. Pada tahap ini, semua aktivitas produksi biomassa yang terkonsolidasi di hub dicatat secara real time, termasuk pergerakan logistik ke pembangkit yang dikemas dengan sistem transaksional marketplace.