loading...
Kelompok Gen Z 212 Maroko menggerakkan revolusi melawan Raja Mohammed VI. Foto/X/@MyLordBebo
RABAT - Demonstrasi di lebih puluhan kota mengguncang Maroko selama seminggu berturut-turut. Kaum muda di balik demonstrasi tersebut menunjukkan bahwa mereka dapat menerjemahkan ketidakpuasan digital menjadi gerakan nyata yang tidak dapat diabaikan oleh pihak berwenang. Seruan revolusi itu digerakkan oleh kelompok Gen Z 212.
Negara Afrika Utara ini adalah yang terbaru yang diguncang oleh protes "Gen Z" terhadap korupsi, kurangnya kesempatan, dan bisnis seperti biasa.
Gerakan serupa telah muncul di negara-negara seperti Madagaskar, Kenya, Peru, dan Nepal. Gerakan-gerakan ini berbeda asal usulnya tetapi memiliki kesamaan, yaitu penolakan untuk melalui lembaga seperti partai politik atau serikat pekerja agar didengar.
Di Maroko, kemarahan memuncak atas kontras antara belanja pemerintah untuk stadion menjelang Piala Dunia FIFA 2030 dan sistem kesehatan yang buruk dan tertinggal dibandingkan negara-negara dengan ekonomi serupa.
Siapa Gen Z 212? Kelompok Gen Z Maroko yang Menggerakkan Revolusi Melawan Raja Mohammed VI
1. Gerakan Tanpa Pemimpin
Melansir ABC News, sebuah kelompok tanpa pemimpin bernama Gen Z 212 — dinamai berdasarkan kode panggilan Maroko — adalah penggerak protes tersebut. Para anggotanya berdebat tentang strategi di Discord, aplikasi obrolan yang populer di kalangan gamer dan remaja. Kelompok inti ini memiliki sekitar 180.000 anggota, tetapi kelompok-kelompok sempalan juga bermunculan, mengorganisir demonstrasi di kota-kota secara independen.
Seperti negara-negara lain yang dilanda protes Gen Z, Maroko mengalami lonjakan jumlah pemuda, dengan lebih dari separuh penduduknya berusia di bawah 35 tahun.
Namun, seiring negara ini menggelontorkan miliaran dolar untuk infrastruktur dan pariwisata, pengangguran warga Maroko berusia 15-24 tahun telah meningkat menjadi 36%. Dan karena minimnya kesempatan, lebih dari separuh warga Maroko di bawah 35 tahun mengatakan mereka telah mempertimbangkan untuk beremigrasi, menurut survei Afrobarometer yang dilakukan pada bulan Juni.
Ketika demonstrasi pertengahan pekan berubah menjadi kekerasan, para pejabat mengatakan sebagian besar peserta adalah anak di bawah umur dan kelompok hak asasi manusia mengatakan banyak yang ditahan berusia di bawah 18 tahun.
Baca Juga: Siapa Mswati III? Raja Eswatini yang Memiliki 15 Istri dan 36 Anak untuk Mempersatukan Negaranya
2. Krisis Kehidupan Menghantui Maroko
Maroko adalah negara yang paling banyak dikunjungi di Afrika, menarik wisatawan dari seluruh dunia dengan istana abad pertengahannya, pasar yang ramai, serta bentang alam pegunungan dan gurun yang luas. Namun, tidak jauh dari rute wisata, realitas sehari-hari bagi sebagian besar dari 37 juta penduduk Maroko meliputi melonjaknya biaya hidup dan stagnasi upah.