loading...
Zab Judah merupakan salah satu petinju kelas welter yang paling ditakuti pada masanya / Foto: The New York Times
Zab Judah , nama yang tak asing di dunia tinju. Petarung dengan julukan Super Judah ini dikenal dengan kecepatan dan kekuatan pukulan yang luar biasa, menjadikannya salah satu petinju kelas welter yang paling ditakuti pada masanya. Namun, di balik rekor gemilangnya, ada kisah perjuangan, kekecewaan, dan kebangkitan yang membentuknya menjadi seorang juara sejati.
Zab Judah pertama kali mengenal tinju dari ayahnya Yoel Judah, juara dunia kickboxing enam kali. Dia memiliki sembilan bersaudara, lima di antaranya menekuni olahraga tinju. Zab Judah menyebut ayahnya yang menjadi pelatihnya sebagai petarung terbaik di keluarga.
"Ayah saya adalah petarung terbaik dalam keluarga, tidak diragukan lagi. Kami tumbuh di Brooklyn, mengalami masa-masa sulit yang membentuk saya. Ayah adalah idola saya. Ia membesarkan tujuh anak laki-laki dan dua perempuan, menjaga kami semua dari narkoba, dan mengajari kami disiplin," kata Judah.
Baca Juga: Chris Eubank Jr. vs Conor Benn Jilid 2 Siap Panaskan Tottenham Stadium
Zab menceritakan bahwa ia terinspirasi dari sang ayah sejak kecil. "Saya ingat pergi ke sasana, menonton ayah saya berlatih. Saya pikir suatu hari nanti saya bisa sehebat dia. Dia bisa menjatuhkan lawan," ujarnya.
Meskipun ibunya awalnya menentang, Zab Judah akhirnya memberikan restu setelah melihat bakat alami Zab di atas ring. "Ibu saya sangat menentangnya. Tapi, setelah melihat saya bertarung beberapa kali, dia jadi lebih percaya diri dan bilang, 'Wah, anak ini hebat.'
Di awal kariernya sebagai petinju amatir, Zab Judah memiliki rekor yang mencolok yakni 110-5, dua kali juara nasional, dan tiga kali juara New York Golden Gloves. Namun sederet prestasi membanggakan itu, ada kisah yang membuat Super Judah harus menelan pil pahit.
Ini berkaitan dengan kegagalannya lolos ke tim Olimpiade AS 1996 setelah kalah dari David Diaz di final. "Gagal masuk tim Olimpiade sangat sulit saat itu karena saya selalu bermimpi memenangkan medali emas," kenang Judah.
Namun, kekecewaan itu tidak membuatnya terpuruk. Ia justru menjadikannya motivasi untuk beralih ke karier profesional dan mengejar gelar juara dunia. "Setelah semuanya berakhir, saya memutuskan untuk fokus sepenuhnya pada karier profesional dan memenangkan gelar juara dunia," tegasnya.